![]() |
Penampakan Rumah Oknum Dari Belakang |
Makassar, Celebes Post — Haerul, seorang oknum anggota Brimob, akhirnya angkat bicara terkait polemik penguasaan lapak di Stand 1 Nomor 9 Pasar Senggol yang menghebohkan. Di hadapan awak media, Haerul mengaku bahwa lokasi yang ia duduki adalah lahan yang dibelinya secara sah—lengkap dengan berkas pembelian.
“Lokasi ini saya beli, ada berkasnya. Setelah itu, saya menegur yang menjual secara baik-baik di depan rumahnya,” ungkap Haerul. Ia juga menambahkan bahwa niatnya bukan mengusir secara paksa, melainkan ingin mengambil kembali lokasi tersebut untuk direnovasi karena, menurutnya, itu bagian dari rumahnya.
Namun pernyataan tersebut langsung dibantah keras oleh sejumlah penggiat pedagang Pasar Senggol. Salah satunya, yang berinisial JP, menyebut klaim Haerul tidak masuk akal dan bertentangan dengan fakta di lapangan.
![]() |
Korban Pengrusakan Kios Lapak dipasar Senggol |
![]() |
Lapak Yang Di Bongkar |
![]() |
KKP |
“Rumah yang dimaksud itu justru membelakangi Pasar Senggol. Posisi rumah dan lapak sangat berjauhan, bahkan terpisah oleh kanal besar. Jadi, bagaimana mungkin disebut bagian dari rumahnya?” ujar JP kepada Celebes Post.
Lapak Digusur, Pedagang Menangis: Saya Bukan Penjahat, Cuma Cari Nafkah
Malam yang biasanya ramai di Pasar Senggol berubah menjadi mimpi buruk bagi seorang pedagang kaki lima yang telah menggantungkan hidupnya selama lebih dari tiga dekade di stand yang kini dipersoalkan. Bukan karena salah izin, bukan karena gangguan keamanan—tetapi karena dugaan pengambilalihan paksa oleh pihak yang mengaku memiliki kuasa.
“Nama dia Haerul. Anggota Brimob. Saya ditelepon malam tanggal 16 Mei, dia minta ketemu. Tapi karena hujan lebat, saya bilang dua hari ke depan saja saya hubungi,” tutur korban dengan nada getir.
Janji Hampa, Lapak Hilang
Senin pagi, 19 Mei 2025, pedagang tersebut kembali menghubungi Haerul, sesuai janji. Namun respons yang diterima justru menyesakkan. “Katanya sedang berduka, jadi tidak bisa ketemu. Saya percaya. Tapi ternyata hari itu juga, los saya dibongkar tanpa pemberitahuan,” ungkapnya.
Aksi pembongkaran itu diduga juga melibatkan seorang warga bernama Edi Susanto. Bukti berupa foto pembongkaran menyebar di antara pedagang, memperkuat dugaan adanya pengambilalihan sepihak.
Lapak Itu Hidup Saya
Stand tersebut bukan sekadar tempat usaha, tapi adalah ruang hidup. Dari sanalah ia menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan, menurut pengakuannya, lapak itu diperoleh melalui mekanisme resmi bersama PD Pasar lewat musyawarah tudang sipulung.
“Ada pemerintah, tokoh masyarakat, RT-RW. Semua tahu dan setuju. Tak pernah ada konflik. Tapi tiba-tiba ada yang datang, bongkar, dan mengklaim punya hak. Apa begini wajah hukum kita sekarang?” ucapnya lirih.
Diamnya Lembaga, Marahnya Rakyat
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari PD Pasar maupun Brimob Polda Sulsel terkait kasus ini. Celebes Post telah mengajukan permintaan konfirmasi resmi sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan pemberitaan.
Namun suara desakan dari sesama pedagang mulai menggema. “Kalau ini dibiarkan, besok-besok kami semua bisa digusur tanpa peringatan. Di mana perlindungan negara untuk pedagang kecil?” ujar seorang pedagang lainnya.
Keadilan, Bukan Kasihan
“Saya tidak minta belas kasihan. Saya cuma mau keadilan,” tegas korban. Ia berharap pemerintah kota dan aparat penegak hukum tidak tinggal diam terhadap kasus yang menurutnya mencederai rasa keadilan rakyat kecil.
Di tengah tekanan ekonomi dan makin sempitnya ruang hidup pedagang tradisional, tindakan sewenang-wenang justru semakin menambah luka.
“Kalau aparat yang seharusnya melindungi justru mengambil hak rakyat, lalu ke mana lagi kami harus mengadu?” pungkasnya.
Reporter: MDS
Redaksi: Celebes Post
Tanggal Terbit: 24 Mei 2025
Lokasi: Makassar