Notification

×

Iklan

Iklan

Suara dari Nusantara Menggema di PBB: Wilson Lalengke Bicara untuk Kemanusiaan Dunia

Jumat, 17 Oktober 2025 | Oktober 17, 2025 WIB Last Updated 2025-10-17T03:03:05Z
Dokumentasi Celebes Post 


New York, Celebes Post Di ruang megah Conference Room #4, Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu pagi itu (8/10/2025), suasana hening mendadak berubah tegang. Seorang pria asal Indonesia berdiri dengan mantap di depan mikrofon berlogo PBB. Suaranya jernih, intonasinya tegas, dan pesannya menembus ruang diplomasi yang sering kali penuh basa-basi.


Dialah Wilson Lalengke, jurnalis dan aktivis hak asasi manusia asal Indonesia yang selama dua dekade terakhir dikenal sebagai suara independen dari dunia pers warga. Dalam forum Konferensi Ke-80 Komite Keempat PBB, ia menyampaikan sesuatu yang jarang terdengar di ruang internasional: kesaksian keras tentang pelanggaran HAM di kamp pengungsi Tindouf, wilayah Aljazair.


“Hak untuk hidup tidak bisa dinegosiasikan. Pembunuhan tanpa pengadilan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Dunia tidak boleh diam,” tegas Wilson dalam nada yang membuat banyak diplomat menatap serius ke arah podium.

 


Dari Jakarta ke New York: Jejak Perjuangan yang Tak Pernah Padam


Wilson bukan pejabat, bukan diplomat, dan bukan pula utusan negara. Ia datang sebagai petisioner independen, mewakili suara masyarakat sipil Indonesia di forum yang biasanya diisi oleh perwakilan negara.
Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai sosok yang konsisten membela kebebasan pers dan keadilan sosial. Kiprahnya melalui Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) telah membawa isu-isu lokal Indonesia ke panggung internasional.


Perjalanannya menuju podium PBB bukan hal mudah. Ia membawa dokumen, data, dan laporan investigatif tentang dugaan penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, serta eksekusi di luar hukum yang dilakukan oleh kelompok Polisario Front terhadap pengungsi Sahrawi.
Dalam kata-kata yang tajam, ia menyebut kondisi di Tindouf bukan sekadar krisis kemanusiaan, melainkan “keruntuhan moral global di tengah gurun pasir Sahara.”


Ketua Konferensi PBB: “Suara dari Indonesia Menginspirasi Dunia”


Pidato Lalengke bukan hanya mencuri perhatian, tapi juga menggugah nurani pimpinan sidang.
Ketua Konferensi Ke-80 Komite Keempat PBB, Mr. José Alberto Briz Gutiérrez, secara terbuka memuji keberanian Wilson dalam menyuarakan kebenaran tanpa tedeng aling-aling.


“Wawasan yang dibagikan oleh petitioner Wilson Lalengke dari Indonesia adalah masukan berharga bagi kami. Suaranya memperkuat komitmen global untuk menegakkan martabat manusia,” ujar diplomat asal Guatemala itu, disambut tepuk tangan peserta konferensi.

 


Bagi Gutiérrez, kehadiran tokoh-tokoh seperti Wilson adalah bukti bahwa perjuangan kemanusiaan tidak lagi dimonopoli negara besar, melainkan datang dari nurani warga dunia yang peduli pada keadilan.


Menyentuh Nurani Dunia


Ketika Wilson menyebut bahwa “diam berarti bersekongkol,” sebagian hadirin menunduk. Kalimat itu sederhana, tapi mengguncang. Di era ketika kepentingan politik sering mengalahkan moralitas, kata-kata Lalengke menjadi tamparan lembut di ruang diplomasi yang steril.


Beberapa perwakilan negara dari Afrika dan Asia disebut mengajukan notes diplomatik untuk mendukung usulan investigasi independen terkait kondisi pengungsi Tindouf.
Sebuah kemenangan moral bagi suara masyarakat sipil.


Pesan dari Seorang Pewarta untuk Dunia


Usai konferensi, Wilson sempat berbicara kepada media internasional di koridor utama PBB. Dengan nada tenang, ia mengatakan bahwa perjuangannya hanyalah bagian kecil dari tanggung jawab moral sebagai manusia dan jurnalis.


“Saya hanya ingin dunia mendengar bahwa di balik setiap konflik, ada manusia yang menderita. Dan tugas kita, terutama pewarta, adalah memastikan mereka tidak hilang dalam diam,” ujarnya kepada Celebes Post.


Refleksi: Diplomasi Nurani dari Tanah Air


Apa yang dilakukan Wilson Lalengke di PBB menegaskan bahwa kekuatan moral bisa datang dari mana saja—bahkan dari seorang pewarta warga yang berangkat dari Jakarta menuju markas dunia.
Kehadirannya di forum internasional itu bukan hanya mewakili dirinya sendiri, tapi juga membawa semangat bangsa Indonesia yang berpegang pada nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.


Pujian Ketua Komite Keempat PBB menjadi bukti bahwa suara dari selatan dunia — suara dari nusantara — kini diakui, didengar, dan berpengaruh di ruang global.


“Rule of law must apply everywhere, even in the most remote corners of the desert,” tutup Wilson dalam pidatonya yang kemudian diabadikan dalam arsip resmi UN Web TV (menit ke-1:36:08).

 


Catatan Redaksi:
Rekaman video lengkap pidato Wilson Lalengke dapat disimak melalui UN Web TV.
Ia tampak berdiri tegak dengan setelan hitam dan dasi merah — warna yang mencerminkan keberanian dan martabat — di hadapan forum dunia.


Editor: MDS (@mds) / Tim Celebes Post International Desk
Sumber: Dokumentasi PBB, PPWI Indonesia, UN Web TV

Berita Video

×
Berita Terbaru Update