![]() |
Aksi Demonstrasi Para Mahasiswa |
Makassar, Celebes Post | Gelombang kritik atas kenaikan anggaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam RAPBN 2026 mencapai Sulawesi Selatan. Kali ini, suara perlawanan datang dari mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Mereka menyebut, tambahan anggaran sebesar Rp173,4 triliun untuk Polri mencerminkan ketimpangan prioritas negara yang kian dalam.
Dalam aksi unjuk rasa di depan Markas Polda Sulsel, Jumat (11/7), Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar menggelar protes damai yang sarat kritik terhadap kebijakan anggaran nasional.
“Kampus kami masih dibayangi pemblokiran anggaran BLU. Kegiatan akademik dan kemahasiswaan terganggu. Tapi di sisi lain, negara justru menggelontorkan dana jumbo untuk memperkuat aparatus bersenjata,” tegas Ketua DEMA Fakultas Ushuluddin dan Filsafat saat ditemui usai aksi.
Ia menegaskan, keprihatinan mereka bukan sekadar soal internal kampus, melainkan menyangkut masa depan bangsa. “Bagaimana generasi muda bisa berkembang jika otaknya dikunci karena alasan anggaran? Negara ini butuh kecerdasan, bukan ketakutan,” sambungnya.
Negara Salah Prioritas
Di tengah banyaknya kampus negeri yang masih terseok-seok dalam pembiayaan operasional, keputusan pemerintah bersama DPR untuk menyetujui kenaikan anggaran Polri dianggap sebagai bukti abainya negara terhadap pendidikan.
“Lampu hijau dari Komisi III DPR RI bukanlah suara rakyat. Itu suara elite yang terputus dari realitas. Rakyat tidak butuh penambahan pasukan, rakyat butuh biaya kuliah yang terjangkau, ruang kelas yang layak, dan akses beasiswa yang adil,” kata Muh Reski, Sekjen BEM UIN Alauddin Makassar.
Tuntutan Mahasiswa: Tegas dan Terarah
Aksi yang digelar tersebut membawa tiga tuntutan utama:
-
Prioritaskan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat dalam APBN.
-
Tolak penambahan anggaran Polri yang tidak proporsional dengan kebutuhan rakyat.
-
Dorong reformasi menyeluruh Polri agar lebih akuntabel dan profesional.
Para mahasiswa juga menyoroti sikap aparat yang dinilai represif terhadap penyampaian aspirasi. “Demonstrasi kami damai. Tapi tetap saja kami disambut dengan tekanan dan intimidasi. Ini mencerminkan wajah negara yang takut pada suara rakyat,” keluh mereka.
Pendidikan Tak Butuh Gas Air Mata
Dalam orasi yang menyayat nurani, DEMA UINAM mengingatkan bahwa membangun bangsa tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan senjata.
“Negara yang besar bukan dibentuk oleh senapan, tapi oleh pikiran-pikiran besar yang tumbuh dari ruang kelas, diskusi, dan kampus. Jika pendidikan terus dikesampingkan, jangan salahkan generasi muda yang apatis dan bangsa yang stagnan,” ujar Reski.
Gerakan Nasional yang Akan Terus Menguat
Aksi ini bukanlah aksi tunggal. DEMA UINAM menyatakan bahwa gerakan ini bagian dari gelombang protes nasional mahasiswa terhadap arah kebijakan anggaran yang dianggap menyimpang dari amanah konstitusi.
“Kami tidak akan berhenti sampai suara kami sampai ke Senayan dan Istana. DPRD, DPR RI, bahkan Kementerian Keuangan harus tahu: rakyat sudah muak dengan politik anggaran yang tidak pro-rakyat,” tegasnya.
📌 Catatan Redaksi:
Mahasiswa berbicara bukan untuk mengganggu, melainkan untuk mengingatkan. Ketika negara lebih takut pada kritik daripada krisis pendidikan, saat itulah demokrasi mulai kehilangan arah.
Reporter: MDS
Media: Celebes Post
Lokasi: Makassar
Tanggal: 11 Juli 2025