Notification

×

Iklan

Iklan

DARI DUKUN GANDAKAN UANG HINGGA PEMBUNUHAN & PERCOBAAN PEMERKOSAAN: DARAH DI RITUAL PALSU MEDAN TEMBUNG

Selasa, 26 Agustus 2025 | Agustus 26, 2025 WIB Last Updated 2025-08-26T15:18:36Z
seorang dukun gadungan tega menghabisi nyawa seorang nenek berusia 67 tahun


MEDAN, Celebes Post — Tragedi berdarah mengguncang kawasan Medan Tembung, Sumatera Utara, setelah seorang dukun gadungan tega menghabisi nyawa seorang nenek berusia 67 tahun, Kwek Tjui, hanya karena kecewa korban tak membawa uang sesuai janji untuk "digandakan". Lebih mengerikan lagi, pelaku kemudian mencoba memperkosa anak korban yang merupakan atlet Muaythai, namun berhasil melawan dan menyelamatkan diri. Kasus ini mengungkap sisi gelap modus penipuan spiritual yang berujung pada kekerasan ekstrem.


Dibacok Saat Ritual "Penggandaan Uang" Gagal


Pelaku, Alfian (57), warga Jalan Sutomo, Kelurahan Tegal Sari I, Kecamatan Medan Tembung, ditangkap jajaran Polsek Medan Tembung setelah aksi kejinya terungkap. Ia mengakui telah membunuh Kwek Tjui dengan kejam menggunakan sebilah parang saat korban datang bersama putrinya, Eriana (39), untuk menjalani ritual penggandaan uang.


Wakapolrestabes Medan, AKBP Rudy Silaen, dalam konferensi pers di Mapolsek Medan Tembung, Senin (25/08/2025), mengungkapkan bahwa korban awalnya percaya pada janji pelaku yang mengaku bisa menggandakan uang hingga mencapai Rp100 juta. Namun, saat hari penentuan tiba, korban hanya membawa uang sebesar Rp1,1 juta.


seorang dukun gadungan tega menghabisi nyawa seorang nenek berusia 67 tahun


"Korban berjanji akan membawa uang Rp100 juta. Turun jadi Rp20 juta, tapi pada akhirnya hanya membawa Rp1,1 juta. Pelaku merasa ditipu dan emosi karena sudah menyiapkan segala sesuatu untuk ritual," jelas AKBP Rudy Silaen.


Ritual Palsu Berujung Pembunuhan


Alfian mengajak Kwek Tjui keluar rumah dengan alasan melakukan ritual pembersihan diri. Mereka pergi ke sebuah lokasi terpencil di pinggir kebun dekat rumah pelaku. Di sana, Alfian membeli kelapa, meminum airnya, lalu menyuruh korban juga meminum air kelapa tersebut sebagai bagian dari "ritual".


"Saat korban sedang meminum air kelapa, pelaku tiba-tiba membacok bagian belakang kepala korban sebanyak dua kali menggunakan parang yang sudah disiapkan sebelumnya. Korban langsung tewas di tempat," terang Rudy.




Jenazah korban ditemukan warga sekitar beberapa jam kemudian dalam kondisi bersimbah darah, dengan luka bacokan parah di kepala. Autopsi medis mengonfirmasi korban meninggal akibat luka robek tajam di bagian occipital (belakang kepala) dan perdarahan otak masif.


Anak Korban, Atlet Muaythai, Lawan Pelaku Saat Dicoba Diperkosa


Usai membunuh Kwek Tjui, Alfian kembali ke rumah dan menghadapi Eriana, putri korban. Ia meminta Eriana duduk membelakanginya untuk melanjutkan ritual. Namun, bukan ritual yang terjadi, melainkan upaya pemerkosaan.


"Pelaku membekap Eriana dari belakang, lalu mencoba melepas pakaian korban. Namun, karena Eriana adalah atlet Muaythai berprestasi yang pernah mewakili Sumut di PON, ia langsung melawan," kata Rudy.


Eriana, yang masih syok atas kematian ibunya, menunjukkan keberanian luar biasa. Ia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman pelaku, lalu melancarkan tendangan keras ke area vital pelaku. Tendangan itu membuat Alfian tersungkur dan sempat pingsan.


"Saat pelaku terjatuh, Eriana langsung kabur dari rumah itu. Ia berlari ke rumah warga sambil menangis dan meminta tolong. Warga yang panik langsung melapor ke polisi," tambah Rudy.


Pelaku Akui Tak Bisa Gandakan Uang, Hanya Modus untuk Dapat Uang


Dalam pemeriksaan intensif, Alfian mengaku tidak memiliki kemampuan supranatural sedikit pun. Modus penggandaan uang hanyalah akal bulus untuk menarik korban agar membawa uang dalam jumlah besar.


"Sebenarnya enggak bisa (gandakan uang). Itu cuma modus aja biar dia bawa uang. Saya lagi butuh uang buat kerja sehari-hari," ujar Alfian dengan nada datar, tanpa menunjukkan penyesalan.


Ia mengaku kalap saat melihat hanya Rp1,1 juta yang dibawa korban, padahal sebelumnya sudah disepakati nominal jauh lebih besar. "Janjinya Rp100 juta, turun jadi Rp20 juta, tiba-tiba dia bawa uang Rp1,1 juta. Saya marah, merasa diolok-olok," katanya.


Polisi: Pelaku Terancam Hukuman Mati


Alfian kini ditahan di Mapolsek Medan Tembung dan dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana junto Pasal 285 KUHP tentang Pemerkosaan, serta Pasal 365 KUHP tentang Pencurian dengan Kekerasan. Dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati atau seumur hidup, pelaku bakal menjalani proses hukum yang panjang.


"Kami akan proses secara tuntas. Motif ekonomi dan nafsu pelaku sangat jelas. Ini bukan sekadar penipuan, tapi pembunuhan sadis yang nyaris berujung pada pemerkosaan," tegas Rudy.


Korban Sempat Percaya karena Reputasi "Dukun" Pelaku


Sumber dari lingkungan pelaku menyebutkan bahwa Alfian dikenal sebagai "dukun santet" dan "pengganda uang" sejak lima tahun terakhir. Beberapa warga mengaku pernah datang untuk pengobatan alternatif, meski tidak ada bukti nyata keberhasilan ritualnya.


"Katanya bisa bikin orang kaya dalam semalam. Banyak yang penasaran, apalagi yang sedang kesusahan ekonomi. Tapi ternyata semua bohong," ujar salah seorang tetangga pelaku yang enggan disebutkan namanya.


Trauma Mendalam bagi Eriana, Keluarga Minta Keadilan


Eriana kini menjalani perawatan psikologis akibat trauma berat. Selain kehilangan ibu tercinta, ia nyaris menjadi korban kejahatan seksual. Dalam wawancara singkat, Eriana menyatakan tekadnya untuk menghadiri persidangan.


"Saya ingin dia dihukum setimpal. Ibu saya dibunuh kejam, dan dia mencoba merusak saya. Saya atlet, saya tahu cara bertahan. Tapi tidak semua perempuan bisa melawan seperti saya. Ini harus jadi pelajaran," ujarnya dengan suara bergetar.


Kepolisian Imbau Masyarakat Waspada Modus Spiritual Palsu


Kapolda Sumut, Irjen Pol. Agus Rohmat, mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tergiur janji-janji penggandaan uang, ilmu ghaib, atau ritual cepat kaya.


"Modus seperti ini terus bermutasi. Mereka memanfaatkan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang sulit. Kami akan gencarkan patroli siber dan edukasi ke masyarakat agar tidak menjadi korban," tegasnya.


Laporan: Pitri NST

Editor: Tim Investigasi Harian Celebes Post


“Kepercayaan butuh batas. Ketika harapan disalahgunakan, ia berubah jadi jebakan maut.” 

Berita Video

×
Berita Terbaru Update