Makassar CelebesPost Sulsel, – Duka mendalam menyelimuti keluarga almarhum Prajurit Dua (Prada) Muh Resky Putra Pratama, anggota Arhanud TNI AD, yang meninggal secara tragis pada Jumat, 24 Januari 2025. Pihak keluarga menilai kematian sang prajurit penuh kejanggalan dan menuntut keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu. Jum'at, 29/08/2025 Gowa.
Dalam konferensi pers di kediamannya di Perumahan Griya Mawang Indah, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Bonto Marannu, ibu korban, Jumianiani, menceritakan detik-detik menerima kabar kematian anaknya.
“Pukul 16.00 Wita saya ditelepon suami dari kantor, katanya anak saya meninggal. Rasanya seperti mimpi, padahal baru beberapa hari sebelumnya anak saya sempat menelepon, bilang pendidikan akan ditutup tanggal 25. Saya sudah berencana datang menjenguk, tapi justru dapat kabar duka,” Ucapnya lirih sambil menahan tangis.
Saat tiba di RS Ibnu Sina Makassar, jenazah sang anak telah terbujur kaku. Ibu korban melihat ada sejumlah lebam di tubuh almarhum sehingga keluarga mendesak dilakukan otopsi di RS Bhayangkara Makassar.
Hasil otopsi mengungkap temuan mengejutkan: lebam di pelipis, robekan di kepala, patah leher, pergeseran tulang panggul, organ pencernaan hancur, jantung robek sepanjang 4 cm, hingga pecahnya pembuluh darah. Temuan ini bertolak belakang dengan keterangan resmi yang menyebut korban meninggal karena pingsan saat berlari.
“Kalau memang jatuh pingsan karena lari, kenapa hasil otopsi begitu parah? Saya yakin anak saya dianiaya. Anakku sehat, tidak ada riwayat penyakit,” Tegas Jumianiani.
Kasus ini kini telah masuk ke persidangan dan sudah tujuh kali digelar. Ada dua terdakwa: seorang prajurit satu sebagai pelaku utama dan seorang sersan dua didakwa karena pembiaran. Dari keterangan sembilan saksi, tujuh di antaranya mengaku turut dipukul dalam insiden yang sama.
Namun, keluarga korban menilai proses hukum belum menunjukkan keadilan yang seharusnya. “Saya mohon keadilan seadil-adilnya. Kalau perlu tersangka dihukum seumur hidup atau dipecat. Nyawa anak saya hilang sia-sia di tangan senior. Kalau anak saya gugur dalam penugasan negara mungkin saya bangga, tapi ini mati konyol,” Ungkap sang ibu penuh emosi.
Ia menambahkan bahwa almarhum adalah anak satu-satunya sekaligus tulang punggung keluarga. “Saya tidak akan berhenti menuntut keadilan. Saya minta pimpinan TNI serius menuntaskan kasus ini,” Tutupnya dengan tegas. (*411U).