![]() |
| Kondisi Fakta-fakta Dokumentasi Celebes Post |
CELEBES POST, MAKASSAR — Predikat Kota Sehat yang disematkan kepada Kota Makassar oleh Kementerian Kesehatan RI pada 2025 kembali menuai kritik tajam. Realitas di lapangan dinilai bertolak belakang dengan klaim tersebut, terutama terkait persoalan sampah yang masih menumpuk di lorong-lorong sempit permukiman warga.
Salah satu titik yang disorot berada di Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Jalan Moa-Moa Raya Lorong 4 Nomor 3. Di kawasan tersebut, tumpukan sampah rumah tangga terlihat berserakan di sisi lorong, menimbulkan bau menyengat dan mengganggu aktivitas warga sekitar.
Pemerhati lingkungan, Rizal Rahman, menilai kondisi tersebut menjadi bukti nyata bahwa predikat kota sehat belum sepenuhnya mencerminkan keadaan sebenarnya.
“Mana mungkin Makassar disebut kota sehat, sementara sampah di lorong-lorong kecil ada di mana-mana. Ini bukan asumsi, ini fakta yang bisa dilihat langsung, termasuk di Kelurahan Mangasa,” tegas Rizal Rahman, Selasa (13/12/2025).
Menurutnya, lorong-lorong padat penduduk justru menjadi indikator paling jujur dalam menilai kesehatan lingkungan sebuah kota. Jika wilayah ini diabaikan, maka klaim kota sehat hanya akan menjadi narasi administratif.
“Kalau yang bersih hanya jalan protokol dan kawasan tertentu, itu bukan kota sehat, tapi kota etalase. Kota sehat seharusnya adil sampai ke lorong paling sempit,” ujarnya.
Menanggapi kritik tersebut, Pemerintah Kota Makassar membantah anggapan bahwa predikat Kota Sehat hanya bersifat simbolik. Pemkot menegaskan bahwa penghargaan Swasti Saba Wiwerda diperoleh melalui proses penilaian nasional dengan indikator ketat dan terukur.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr. Nursaidah Sirajuddin, menyampaikan bahwa penilaian Kota Sehat mencakup berbagai tatanan, mulai dari permukiman, sanitasi lingkungan, akses layanan kesehatan, hingga keterlibatan aktif masyarakat di tingkat kelurahan dan kecamatan.
“Kota sehat bukan berarti tanpa persoalan. Yang dinilai adalah sistem, komitmen, dan keberlanjutan upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat,” jelasnya.
Meski demikian, Rizal Rahman menilai bantahan tersebut belum menjawab persoalan mendasar yang dihadapi warga sehari-hari. Ia meminta pemerintah tidak sekadar berfokus pada capaian penghargaan, melainkan memastikan perubahan nyata dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Selama sampah masih menjadi pemandangan rutin di lorong-lorong seperti di Mangasa, maka klaim kota sehat akan terus dipertanyakan,” pungkasnya.
Pemerintah Kota Makassar menargetkan peningkatan predikat ke level Swasti Saba Wistara pada 2027. Namun kritik publik ini menjadi pengingat bahwa tantangan terbesar bukanlah meraih penghargaan, melainkan menghadirkan lingkungan yang benar-benar sehat dan layak bagi seluruh warga, tanpa terkecuali.
MDS_CELEBES POST

