![]() |
| Bachtiar Adnan Kusuma Dan Munafri Arifuddin (Walikota Makassar) |
CELEBES POST, Makassar – Parangtambung, Di tengah tantangan sosial, ekonomi, dan literasi yang kian kompleks di tingkat akar rumput, nama Bachtiar Adnan Kusuma kembali mencuat sebagai figur penggerak perubahan. Bukan sekadar tokoh literasi nasional, Bachtiar hadir dengan gagasan besar: menjadikan LPM Parangtambung sebagai percontohan nasional pemberdayaan pikiran dan ekonomi berbasis masyarakat.
Bagi Bachtiar, kepemimpinan bukanlah soal jabatan, melainkan visi yang mengandung energi pendorong untuk bergerak. Visi, menurutnya, adalah pandangan masa depan yang konkret, terukur, dan memiliki target waktu pencapaian. Ketika visi itu dibawa ke konteks kelurahan, ia menjadi cermin peran LPM dalam menggerakkan pembangunan yang berakar dari warga.
Jejak Prestasi yang Teruji Waktu
Pengalaman Bachtiar memimpin LPM Parangtambung periode 2017–2021 menjadi fondasi kuat dari gagasan yang kini kembali ia tawarkan. Dalam periode tersebut, LPM Parangtambung berhasil menorehkan sejarah sebagai LPM Terbaik tingkat Kota Makassar dari 153 kelurahan.
Lebih dari itu, Parangtambung menjelma menjadi Ikon Nasional Literasi Lorong, melalui gerakan Perpustakaan Lorong yang digagas langsung oleh Bachtiar. Puncaknya, pada 2021, ia menerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI—sebuah penghargaan prestisius negara yang diserahkan atas nama Presiden Republik Indonesia.
![]() |
| Bachtiar Adnan Kusuma Dan Munafri Arifuddin (Walikota Makassar) |
Prestasi ini bukan pencapaian simbolik. Ia menjadi bukti bahwa literasi mampu menjadi motor penggerak perubahan sosial dan ekonomi, bahkan dari lorong-lorong permukiman warga.
Visi “Bergerak Maju Bersama”
Dengan menimbang isu-isu strategis dan keberlanjutan program pemberdayaan, Bachtiar merumuskan visi besar LPM Parangtambung:
“Bergerak Bersama Menuju Masyarakat Parangtambung yang Berdaya Saing Kuat, Berdaya Pikiran, Berdaya Ekonomi, dan Sinergi Kolaboratif.”
(Bergerak Maju Bersama)
Visi ini ditopang oleh empat kata kunci utama: bergerak bersama, berdaya saing, berdaya pikiran, dan berdaya ekonomi, yang dijalankan secara sinergis dan kolaboratif. Dalam pandangannya, RW, RT, dan tokoh masyarakat adalah “elang-elang vital” yang akan membawa Parangtambung menuju empat titik asa tersebut.
Literasi Lorong: Jantung Pemberdayaan
Visi besar tidak berhenti pada slogan. Bachtiar menurunkannya dalam misi konkret, salah satunya dengan membangun sumber daya manusia yang tangguh dan berkemajuan melalui Literasi Lorong, pendidikan, dan kesehatan berkualitas.
Program unggulan yang kembali ditegaskannya adalah hadirnya Literasi Lorong di setiap RW di Parangtambung. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Menurut Bachtiar, teori ekonomi modern menegaskan bahwa knowledge driven economy adalah kunci kesejahteraan. Masyarakat yang literat adalah masyarakat yang mampu bertahan, beradaptasi, dan tumbuh.
![]() | |
|
Sebelum kembali mencalonkan diri, ekosistem literasi itu sejatinya telah ia bangun: Perpustakaan Lorong 7 di Jalan Daeng Tata 3, perpustakaan di RW 7, Kompleks Hartaco, hingga berbagai titik lain di Makassar. Semua bergerak dari kesadaran bahwa perubahan besar selalu lahir dari ruang-ruang kecil yang konsisten dirawat.
Sembilan Janji Moral Kepemimpinan
Jika kembali diberi amanah, Bachtiar menyampaikan sembilan komitmen terbuka yang jarang diucapkan secara gamblang oleh calon pemimpin komunitas:
Membentuk kepengurusan LPM yang kuat, inklusif, dan kolaboratif.
Menyerahkan pengelolaan BOP kepada para Ketua RW secara transparan.
Menyediakan bantuan awal operasional bagi RW yang siap bergerak bersama.
Tidak bermain dalam dana APBD/APBN, tidak korupsi, tidak KKN, dan menolak politik praktis.
Menggagas sekretariat dan tugu LPM yang representatif dan modern.
Membuka jejaring nasional dan pemanfaatan CSR untuk pemberdayaan warga.
Membuka akses beasiswa melalui program Kakak Asuh/Orang Tua Asuh.
Menjaga marwah dan nama baik institusi LPM.
Siap mengundurkan diri secara tertulis di atas materai jika gagal merealisasikan janji.
Komitmen ini bukan janji kosong. Pada 2021, Bachtiar tercatat mengundurkan diri dari jabatan Ketua LPM sebelum periodenya berakhir, sebagai bentuk tanggung jawab moral di hadapan RW, RT, lurah, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa.
Figur Literasi Nasional dari Lorong ke Panggung Dunia
Di luar LPM, Bachtiar Adnan Kusuma dikenal luas sebagai pembicara nasional, motivator, penulis produktif, dan arsitek berbagai gerakan literasi Indonesia. Puluhan penghargaan nasional dan daerah ia terima, mulai dari Pin Emas Pemerintah Kota Makassar, Tokoh Literasi Sulsel, hingga Lifetime Achievement dari kementerian.
Namun bagi Bachtiar, penghargaan bukan tujuan akhir. Ia percaya, jabatan adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia, tetapi juga di hadapan Tuhan.
Menunggu Keputusan Warga
Di akhir pernyataannya, Bachtiar menegaskan sikap yang jarang terdengar dalam kontestasi kepemimpinan lokal: ia hanya akan maju jika didukung penuh oleh RW, RT, dan tokoh masyarakat. Tanpa dukungan itu, ia memilih mundur.
Sikap ini menegaskan satu pesan kuat: kepemimpinan sejati tidak lahir dari ambisi, tetapi dari kepercayaan dan kesediaan untuk melayani.
Parangtambung kini berada di persimpangan sejarah. Apakah kembali melanjutkan jejak sebagai ikon nasional pemberdayaan berbasis literasi dan ekonomi warga, atau berjalan biasa seperti wilayah lain. Jawabannya, seperti yang selalu diyakini Bachtiar Adnan Kusuma, ada di tangan masyarakat itu sendiri.
MDS - CELEBES POST




